Mengupas Percuma by Skandal di album Melodi
Tags: Ngubek Musik

Dipublish pada Feb 5, 2025 | Ditulis oleh Abimanyu Darmawan
Kalau lagu lain di album Melodi by Skandal banyak bermain dengan nostalgia dan refleksi pasang surutnya hidup, maka "Percuma" bisa dibilang jadi salah satu lagu yang paling padat emosi. Liriknya singkat, repetitif, tapi justru itu yang bikin feel-nya makin kuat.
Dari segi aransemen, lagu ini punya vibe yang lebih intens dibanding lagu-lagu lain di album yang cenderung santai. Ada energi meledak-ledak yang seolah ingin melepaskan sesuatu—bisa frustrasi, kecewa, atau malah ketidakpedulian yang terpaksa.
Lihat gimana lagu ini langsung mulai dengan repetisi kata “Percuma” di setiap akhir baris:
Heeey! Tatap rupa lama (Percuma) Saat-saat terlibat suka (Percuma) Buaian canda tawa sebaya (Percuma) Nostalgia jabat erat rasa (Percuma)
Dari awal, udah terasa kalau lagu ini berbicara soal sesuatu yang dulu berarti, tapi sekarang nggak ada gunanya lagi. Mungkin tentang pertemanan yang berubah, atau hubungan yang dulu erat tapi sekarang terasa hambar. Ada rasa nostalgia di sini, tapi bukan nostalgia yang bikin senyum, lebih ke nostalgia yang bikin jengah.
Hari ini, siang bolong Putih hitam pucat Ragu tegur sapa
Suasana berubah jadi lebih hampa dan suram. Siang bolong—harusnya cerah, tapi justru diisi dengan kebimbangan dan kebisuan. Putih hitam pucat bisa diartikan sebagai simbol dari hubungan yang kehilangan warna, nggak ada lagi semangatnya.
Percuma aku, buang waktuku Kaupun masih entah tak menentu
Nah, bagian ini benar-benar ngena. Rasanya kayak pukulan telak buat orang yang pernah ada di hubungan yang sudah di ujung tanduk. Gue sendiri pernah ada di fase itu—udah tahu kalau hubungan ini nggak akan ke mana-mana, tapi tetap bertahan karena ada harapan kecil kalau mungkin aja masih bisa diperbaiki. Tapi yang bikin tambah ragu adalah ketika dia sendiri juga nggak jelas. Satu hari dia seolah masih peduli, besoknya tiba-tiba dingin. Kita capek sendiri, mikir dan bertanya-tanya, "Mau lanjut atau udahan aja?"
Kadang, yang bikin sulit itu bukan karena kita nggak bisa move on, tapi karena orangnya sendiri nggak pernah kasih jawaban pasti. Dan di saat kayak gitu, kita cuma bisa nanya ke diri sendiri: ngapain gue masih di sini?
Percuma, percuma, percuma!
Di bagian akhir, lagu ini nggak lagi basa-basi. Cuma satu kata yang terus diulang, dan itu lebih dari cukup buat menyampaikan perasaan. Seolah ada ledakan emosional yang akhirnya dilepaskan, kayak "Udah, ngapain lagi? Nggak ada gunanya.”
"Percuma" adalah lagu buat mereka yang udah lelah berusaha di hubungan yang nggak jelas arahnya—mau itu soal pertemanan, percintaan, atau bahkan kebiasaan lama yang udah nggak relevan lagi. Musiknya yang penuh energi berbanding terbalik dengan maknanya yang justru tentang kekecewaan dan kelelahan.
Buat yang pernah ada di fase "ngapain sih gue masih peduli?" lagu ini bakal jadi anthem yang pas. Bukan sekadar lagu buat mengeluh, tapi juga buat ngeyakinin diri sendiri kalau ada hal-hal yang lebih baik buat ditinggalkan.
Lagu ini sering gue puter pas lagi capek sama sesuatu yang nggak ada ujungnya. Kadang, bilang ‘percuma’ keras-keras itu justru bisa jadi bentuk self-healing juga, kan?